5
Tahun Jejak D’Raja Coffee
Dari
Kopi Tiam Menuju Coffee Class, Menggurita Ke Waralaba
KATAKANLAH
bagi hampir seluruh manusia dari kalangan manapun, pada trend setter kini, suasana dan citarasa
dari sebuah tempat tongkrongan harus berjalan beriringan. Artinya, jika sebuah
tongkrongan hanya mendewakan citarasa, maka pelanggan tetap akan merasa ada
yang kurang. Apalagi saat ini swafoto (selfie
foto) kian digandrungi oleh seluruh umat segala jenis usia ketika hendak
mencari berbagai destinasi tongkrongan baik bagi keluarga maupun bagi relasi.
Tak pelak, bukan
hal baru lagi bagi Kota Medan jika saat ini banyak bermunculan gerai kopi mulai
dari yang benar-benar trully coffee shop,
sampai yang hanya ikut trend saja,
bisnis coffee shop kini bak jamur di tengah-tengah
musim hujan. Padahal dulu, saat baru ditemukan di abad 10 Masehi oleh seorang
sufi dari Yaman, Ali Bin Omar, rebusan kopi hanya sebagai obat penyakit kulit
dan obat-obatan lainnya. Saat itu kopi mendapat gelar terhormat di kalangan
masyarakat Timur Tengah, sehingga memberi kemakmuran bagi para pemilik kebun
kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir kopi, dan pemerintah di
berbagai belahan dunia yang memiliki biji-bijian beraroma khas itu.
Selanjutnya, perjalanan
kopi menjadi minuman dimulai lebih dari seribu tahun lalu di Ethiopia, dengan
legenda cerita saat itu ada penggembala yang mencoba memakan buah kopi setelah
mengamati bahwa kambing-kambing-nya tak tidur setelah memakan buah kopi liar di
padang rumput tersebut. Sebuah literatur sejarah kopi juga menceritakan Sheik
Omar, membawa kopi ke kota Al Mukha di negara Yaman pada tahun 1258. Barulah pada
abad 15, kedai kopi pertama di dunia dibuka di Mekkah, sebagai tempat bersantai
dan membahas politik sembari menikmati setiap reguk-teguk kopi. Waktu itu, kopi
dimasak dengan merebus bijinya dalam air. Sekitar 100 tahun kemudian, praktik
penggonsengan kopi dimulai di Turki. Maka, Kota Istanbul sangat dikenal dengan
berdirinya ratusan rumah kopi.
Adapun biji kopi
yang paling dikenal dan dikonsumsi orang sedunia, secara umum ada dua spesies
yakni kopi arabika dan kopi robusta. Di Indonesia antara tahun 1696-1699,
tanaman kopi awalnya hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan
dan dipandang VOC menguntungkan, VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar ditanam.
Pertengahan abad ke-17, VOC mengembangkan area tanaman kopi arabika di
Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Kep.Timor. Kecamatan Pakantan di Mandailing
Natal, adalah daerah perkebunan kopi arabika pertama milik VOC di Sumatera saat
itu. Kemudian kopi arabika dibawa ke Tapanuli Utara (Lintong Nihuta dan sekitar
Danau Toba) dan dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah).
Masuk pada zaman
modernisasi, gerai kopi yang dulunya hanya sekedar warkop kini “naik pangkat”
dengan istilah baru-nya coffee shop. Didukung
dengan menjamurnya berbagai mal,
tempat ngopi kian bergengsi. Tak
hanya di mal, kafe-kafe kopi di luar gedung plasa kian bertambah banyak. Setiap
coffee shop berlomba menawarkan
berbagai rupa kelebihan sebagai daya tarik para penikmat kopi agar gerainya
disambangi. Tak pelak, melipir ke gerai kopi kini menjadi gaya hidup umat
perkotaan.
Seperti D’Raja
Coffee misalnya. Coffee shop yang
mulai bergeming sejak tahun 2013 ini awalnya hadir karena kecintaan dan
keseriusan dua bersaudara, yakni Rudy dan William pada kopi yang membuat mereka
membuka gerai kopi kecil (baca: kopi tiam) yang berawal dari empat (4) meja.
Ibarat pepatah proses tak akan mengingkari hasil, konsistensi ketekunan kedua
bersaudara ini berbuah menjadikan kopi tiam mungil tersebut bertransformasi
menjadi gerai 1 pintu ruko yang juga tak lama kemudian juga menjadi 2 pintu
ruko.
Biji kopi yang
pertama kali digunakan adalah biji kopi Toraja yang disajikan dengan metode manual brew. Dari sinilah nama D’Raja
Coffee dibentuk. Drip Toraja Coffee disingkat menjadi D’Raja Coffee. Seiring
berjalan waktu, melihat bahwa biji kopi Arabika tak kalah nikmat, perlahan biji
kopi Arabika mendominasi menggantikan biji kopi Toraja di D’Raja Coffee.
Lagi-lagi konsistensi dua bersaudara Rudy dan William dalam meracik kopi
ternyata menuai penetrasi. Tak heran, saat D’Raja Coffee melebarkan ekspansi di Jalan Bandara
Kuala Namu (tepat di depan Hotel Wings), gerai ini kian menjadi incaran yang
selalu dipadati setiap tamu yang baru turun dari bandara menuju Medan atau
sebaliknya.
Masih berlanjut,
persistensi D’Raja Coffee ternyata kian kokoh dengan dibukanya gerai ketiga di
Ismud Park. Di tangan Denny Wu, keberadaan coffee
shop 24 jam ini tak hanya menuai pelanggan setia, namun juga mendatangkan
berbagai kalangan yang ingin menekuni dunia kopi dengan serius. Kelas Kopi-pun
dibuka meski tidak formal digemakan. Silih berganti, selama setahun, D’Raja
Coffee sendiri telah memberangkatkan belasan pegiat industri kopi ke negara
Kangguru.
Tak hanya para
pecinta kopi yang ingin terjun langsung sebagai pegiat industri kopi, para
eksekutif yang ingin belajar membuat kopi juga berlomba mencemplungkan diri di
D’Raja Coffee untuk belajar, mulai dari membuat Espresso sampai Latte Art. Meski tak pernah dibuka resmi, Kelas
Kopi di D’Raja Coffee terus bergulir menghasilkan calon-calon barista andal
yang siap bersaing di kancah internasional maupun para para pegiat kopi pemula.
Bukan cuma
seduhan kopi, gerai kopi ini juga menyangrai dan menjual biji-bijinya bagi setiap
pelanggan yang mencandu. Adapun beberapa biji kopi yang senantiasa bisa Anda
minta untuk di-packing antara lain
adalah Gayo, Mandheiling, Lintong, Toraja, Sidikalang, Robusta, dan Red Coffee
dengan minimal masing-masing package per 250gr. Jika penasaran dan gemar
menyesap aroma kopi yang disangrai, pelanggan bisa langsung berkunjung ke
D’Raja Coffee Kuala Namu maupun D’Raja Coffee Cemara Asri untuk menyaksikan
setiap proses sangrai green bean
menjadi biji kopi yang siap melalang buana.
Berlanjut
kemudian, persistensi dan konsistensi ini juga mengantarkan D’Raja Coffee
menjadi brand yang dilirik sebagai
industri waralaba yang menjanjikan di Kota Medan. Kehadiran awalnya sebagai
kopi tiam semakin diperhitungkan. Dalam kurun waktu setahun selama 2018,
ekspansi coffee shop ini mencapai 3
gerai dalam setahun, yakni D’Raja Coffee Palembang di Kota Palembang, D’Raja
Coffee Centrium di Jl. Brigjend Katamso, dan D’Raja Coffee Gatsu yang terbaru
di Jl. Gatot Subroto. Alhasil kini sudah ada enam gerai D’Raja Coffee di Pulau
Sumatera.
Pegiat industri
bisnis food and beverage kian melirik
dan menilai setiap gerai D’Raja tak hanya berhasil memikat hati setiap pecinta
kopi namun juga penikmat kuliner. Itu sebabnya, setiap kali Anda bertandang ke
D’Raja Coffee, berbagai penganan dan
kudapan Nusantara maupun internasional bisa Anda temukan dalam menunya. Selain
menyuguhkan rasa-rasa nikmat dalam setiap masakan, D’Raja Coffee juga berhasil
membuat pelanggannya betah berlama-lama di dalam karena suasana yang diusung di
setiap gerai.
Adapun gerai
yang baru dibuka di awal Desember, yakni D’Raja Coffee Gatsu, hadir dengan
sentuhan yang sedikit berbeda. Gerai ini mengusungkan sajian seafood sebagai penganan andalannya
selain kudapan ringan yang sudah lazim menemani seduhan kopi. Dengan konsep
tersebut, maka sangat mudah ditebak bahwa kehadiran gerai keenam ini tak hanya
sekedar menawarkan suasana cengkerama bagi penikmat kopi dan penganannya, namun
lebih dari itu agar pengunjung dan pelanggannya bisa menikmati berbagai sajian
Nusantara dalam balutan seafood yang
dikemas sebagai penganan keluarga.
Jadi ketika
melipir ke mari, maka Anda akan menemukan beberapa menu yang tidak akan
dijumpai di gerai D’Raja Coffee lain, seperti ikan Gurami, Kerapu, Bawal,
Udang, Kakap, Cumi, Iga, bahkan ragam tumisan sayur dalam berbagai racikan.
Penganan berat ini memang sengaja dihadirkan di D’Raja Coffee Gatsu mengingat
semakin tingginya minat warga Kota Medan dalam
berkuliner ria.
Meski baru
dibuka, kehadiran gerai ini sudah tercium ramai. Tak heran, pengunjung dan
pelanggan yang sudah mengenal betul cita rasa dan racikan D’Raja Coffee tak
perlu mengulur waktu untuk segera menyambangi gerai ini saat baru
beroperasional awal Desember 2018 kemarin. Kendati konsep penganan yang diusung
adalah seafood, para pengunjung dan pelanggan tak perlu cemas saat merogoh
kantong, sebab harga yang digadang cukup bersahabat, mulai dari Rp 15.000 per
porsinya.
Konsep outdoor yang bagus juga ditawarkan di gerai
ini. D’Raja Coffee kian menjadi tempat perhentian wajib yang tak akan mengecewakan.
Anda bisa belajar membuat kopi di sini. Ingin lebih serius, Anda juga bisa
membekali diri menjadi barista internasional dengan mengikuti Kelas Kopi-nya.
Yang sudah pasti akan selalu membuat pengunjung dan pelanggan kembali terus,
apa lagi kalau bukan cita rasa nikmati dalam seduhan dan penganan yang
disuguhkan. Tertarik untuk mencoba? Anda bebas menentukan outlet mana yang ingin Anda kunjungi pertama sampai terakhir.
Untuk
mengenal atau kerjasama dengan saya lebih lanjut bisa kontak di ;
Email : sitirogayah10@gmail.com
www.pengertianilmu.com
Salam dari Siti Rogayah. Terima kasih.
Konsumen kopi pun "naik pangkat", Susan.
ReplyDeleteJaman saya kecil, yang minum kopi itu cuma kakek-kakek dan nenek-nenek. Sekarang anak muda, usia belasa sudah pada nongkrong di cafe :D